-->

WM1

[Dasar-Dasar Kepercayaan] Materi Basic Training (LK 1) Himpunan Mahasiswa Islam


BAB II

Dasar-Dasar Kepercayaan (Dialog Kebenaran)

Sedikit Tentang Kebenaran

Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas. Sebenarnya ide adalah realitas juga, makanya ada juga yang mengatakan ide adalah realitas eksistensi internal (REI) atau realitas obyektif internal (ROI). Sedang realitas yang dimaksud adalah realitas eksistensi (REE) atau realitas obyektif eksternal (ROE).

Kesesuaian yang dimaksud adalah adanya relasi antara dalam diri (ide) dan diluar diri (realitas) secara identik. Ini sederhana, contoh dalam ide api panas dan diluar pahaman juga api panas, tetapi panasnya api tidak membakar ide.

Dalam materi ini realitas ditekankan pada materi dalam pandangan fisika yang memiliki dimensi, ruang dan waktu. Juga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan empiris. Nanti pada pengisian baru dijelaskan realitas dalam arti esensial dan eksistensial.

Teori Kemunculan Agama

Dari pandangan beberapa pemikir, tuhan hanyalah hasil rekaan akal manusia dan agama adalah produk kebudayaan. Ada beberapa teori sebagai berikut :
  • Teori Alienasi
Pendukung teori ini adalah Ludwig Feurbach. Dalam menganalisis Agama; Feurbach menjadikan sosiologi dan psikologi sebagai pendekatan. Dia mengawali tesisnya dengan asumsi bahwa manusia memiliki dua eksistensi. Pertama, eksistensi luhur yang mencintai kebaikan, mencari kebaikan dan berbuat kebaikan. Kedua, eksistensi rendah dan dangkal. Olehnya manusia akan memiliki dualitas dalam kepribadiannya.

Tekanan sosial dalam masyarakatnya membuat manusia frustasi dalam mempertahankan eksistensi luhurnya, perlahan bergerak menuju eksistensi rendahnya. Eksistensi luhur kemudian dilihat sebagai sesuatu yang bersifat khayali dan utopis.

Manusia kemudian mencari alasan agar menjustifikasi keterjauhan dari eksistensi luhurnya dengan menisbahkan pada sesuatu diluar dirinya. Misalnya, kelembutan, keperkasaan dan sifat (yang manusiawi) dilekatkan pada tuhan. Artinya, tuhan tidak lebih produk keterasingan manusia.
  • Teori Kebodohan
Spencer, Taylor serta Comte adalah pendukung teori ini. Asumsi yang dibangun sebagai berikut. Pada mulanya manusia primitif (dan juga sekarang) dihadapkan dengan tuntutan alam agar bisa bertahan hidup. Sementara ada beberapa fenomena alam seperti banjir, petir, gunung meletus, gempa bumi dan seterusnya, yang manusia dituntut untuk mampu selamat dari hal tersebut.

Karena belum berkembangnya pengetahuan, mereka tidak mengetahui bahwa gempa misalnya disebabkan oleh pergesekan kerak bumi akibat tenaga endogen. Begitupun dengan fenomena alam lain.

Manusia primitif kemudian berkhayal dengan mempersekutukan ide manusia dengan ide alam sebagai kompromi alam dan manusia. (dalam logika persekutuan ide dapat menyebabkan dua kemungkinan, pertama jika memiliki realitas tersebut disebut inovasi seperti pesawat, kedua jika tidak, disebut khayal).

Muncullah misalnya kera sakti (ide manusia + ide kera), dewa gunung (ide manusia + ide gunung), sang hyang seri (ide manusia + ide padi) dan seterusnya. Hasil persekutuan ide ini bersifat khayal belaka, karena tidak memiliki realitas diluar diri kita. Khayal ini kemudian yang disembah dan kemudian terbentuk agama. Jadi tuhan adalah produk khayal manusia.
  • Teori Ketakutan dan Kelemahan
Teori ini gabungan dari pendapat Russle dan Nietsze, karena memiliki kaitan yang dekat. Inti gagasan mereka adalah agama muncul dari ketidakberdayaan manusia dan rasa takut. Russle berpendapat bahwa seluruh konsepsi tentang eksistensi Tuhan adalah konsepsi-konsepsi yang dibentuk oleh totaliteranisme Timur kuno, (yakni penindasan kelas atas terhadap kelas lain).

Untuk mempertahankan kehidupan mereka, kaum kelas bawah, menciptkan ikon-ikon kelembutan, kasih, pemurah dan seterusnya. Dengan demikian mereka disantuni. Penganjur agama kebanyakan dari kelas bawah, pengembala misalnya.

Dalam perspektif Nietsche dengan ungkapannya yang terkenal (Tuhan telah mati), seharusnya manusia membunuh ketakutan dan kelemahannya. Manusia harusnya menjadi hero. Ketakutan dan kelemahan adalah sebuah kesalahan besar dalam kemanusiaan sehingga manusia kehilangan aktualisasi dari potensi kemanusiaannya.
  • Teori Marxisme
Dalam kajian Marxisme, agama adalah produk penguasa, dimana agama sebagai candu masyarakat. Dengan demikian, agama bertugas untuk mempertahankan kekuasaan dengan menciptakan idiom-idiom kepatuhan pada penguasa. Agama tidak mengajarkan perlawanan terhadap kelas borjuis, tapi agama dengan salah satu idiomnya mengajarkan sabar dan dengan kesabaran mendekatkan pada surga. Artinya jika melakukan perlawanan maka akan masuk neraka.

Marx dikenal sebagai penganjur teori struktualis dimana dalam melihat masyarakat, marx membagi 2, yakni basic struktur yaitu ekonomi dan supra struktur yakni ideologi, agama dan seni. Selanjutnya, basic strukturlah yang mempengaruhi supra struktur . jadi dengan kondisi ekonomi yang menyimpang mempengaruhi supra struktur yang menyimpang pula seperti adanya agama.

Kolonialisme misalnya yang berlandaskan 3G (Gold, Glory, dan Gospel) adalah hasil kompromi antara kaum borjuis bangsawan yang gila harta dan kekuasaan dengan agamawan. (lihat juga pada materi keadilan ekonomi dan keadilan sosial serta materi problematika ummat). Penjajahan di negara dunia ketiga adalah bukti agama sebagai candu, bahkan hingga hari ini. Kesimpulannya agama adalah produk penguasa yang sengaja dibuat untuk mempertahankan kekuasaan.

Tentang Agama

Agama berasal dari bahasa sansakerta, a = tidak dan gama = kacau. Agama secara tekstual diartikan sebagai tidak kacau. Sementara jika kita melihat kekacauan yang ada saat ini, justru disebabkan oleh agama. Perang salib selama kurang lebih 200 tahun dan menewaskan ribuan bahkan mungkin jutaan orang dilandasi oleh sentimen agama.

Berbagai macam kejahatan, pertumpahan darah, penipuan, penindasan intelektual, kerusuhan, penjarahan dan lainnya, disebabkan oleh agama. Muncul pertanyaan, jika memang agama adalah sebuah ajaran yang bertujuan agar manusia tidak melakukan kekacauan, mengapa justru orang beragama yang menjadi dalang sekaligus pelaku

Kita ketahui bahwa tafsir atas teks selalu memiliki kepentingan. Sedang, tafsir agama didominasi oleh penguasa. Makanya wajar ketika terjadi penindasan oleh pihak penguasa, maka kaum agamawan yang bersembunyi diketiak penguasa akan memunculkan stigma kafir atau ateis. Mengapa tafsir kacau adalah milik penguasa. Jadi saat orang lemah menuntut haknya, maka dianggap berbuat kekacauan. Demi untuk mempertahankan kekuasaan, agama melalui kaum agamawan berpartisipasi

Agama dibentuk dari kebodohan, makanya wajar penggunaan akal dibatasi bahkan dilarang. Sebab jika dianalisa, maka akan didapat kekurangannya. Metodologi doktriner, ”yakin saja” menjadi ciri khas agama agar orang tetap dalam kebodohannya. Agama hanya menyentuh hati, yang jika disinggung (tanpa analisis yang cukup)maka akan menyebabkan konflik.

Dalam teori konflik, konflik terbagi beberapa jenis yaitu konflik tingkat akar dan tingkat permukaan. Pada tingkat akar, yang muncul adalah bara permusuhan. Pada tingkat permukaan, telah terjadi konflik fisik seperti perang. Penguasa, demi mempertahankan kekuasaannya, menciptakan konflik pada tingkat akar, jika terjadi gejolak, maka akan konflik permukaan ini dipicu menjadi konflik permukaan sehingga penguasa menjadi pahlawan atas skenario yang dibuatnya.

Hal ini wajar karena agama adalah sesuatu yang tidak rasional, dengan hanya mengandalkan keyakinan saja. Ketika keyakinan diganggu, orang umumnya tidak mampu berpikir rasional sehingga sangat mudah diadudomba

Kontradiksi Dalam Kitab

Logika kita menyatakan bahwa sesuatu yang kontradiksi mustahil kita ikuti kesemuanya. Misal, seseorang yang menyuruh kita ketimur dan yang satu ke barat, maka mustahil kita melaksanakan secara bersamaan. Nah, Islam sebagai sebuah agama, jika ternyata ajarannya yang ada teks kitab bertentangan dan yang lain maka terjadi kontradiksi. Kontradiksi ini kemudian akan menggugurkan kevalidan sebuah ajaran, karena tidak konprehensif. Ternyata dalam kitab terdapat kontradiksi misalnya dalam 33:21 dinyatakan kemuliaan nabi sedang di 80:1 dinyatakan kesalahan nabi. Juga dalam 8:17 tentang determinisme dan 43:11 tentang freewill.

Dalam 33:33 dikatakan keluarga nabi disucikan, tetapi dalam surah At Tahrim, dua istri nabi dikecam dengan keras. Apakah kecaman itu berarti disucikan? Ini adalah pertentangan yang nyata.

Belum lagi ayat-ayat tak bermakna misalnya 2:1. dikatakan kitab adalah pedoman, nah apa arti diturunkan ayat yang hanya Tuhan tahu artinya. Kalau dikatakan untuk menunjukkan kebesaran Tuhan, maka mestikah kebingungan manusia adalah cara untuk membuktikan. Ini adalah contoh kebodohan yang sengaja ditutupi. Terdapat kontradiksi antara fungsi kitab sebagai pedoman dan fungsi kitab sebagai alat pembingung manusia.

Kalau kita telaah kitab hadis, lebih banyak yang kontradiksi. Misalnya satu hadis menyatakan islam terbagi 73 golongan, 1 masuk neraka. Apakah sama neraka dengan surga? Itupun kalau ada.

Tentang Sains

Asal mula alam ini, jika kita merujuk pada teori Big Bang, berasal dari bola energi raksasa dimana waktu (t) pada saat itu sama dengan 0 atau belum ada waktu. Ledakan raksasa itu kemudian pecah dan menyebabkan terbentuknya galaksi. Galaksi adalah kumpulan dari beberapa tata surya. Dilain sisi, beberapa bintang seperti matahari terus berotasi dengan kecepatan tertentu sehingga beberapa bagiannya terlepas. Bagian yang terlepas ini kemudian mendingin dan menjadi planet-planet.

Pada sebuah bintang seperti matahari yang memiliki cahaya sendiri akibat reaksi fusi hidrogen. Matahari memiliki energi yang sangat besar dan memiliki gaya gravitasi yang kuat sehingga planet-planet yang mulai mendingin disamping berotasi juga berevolusi mengelilingi matahari, sehingga terjadi siang dan malam.

Pada atmosfer bumi purba, mengandung zat-zat tertentu yang kemudian ketika terjadi petir, terjadilah reaksi yang menyebabkan terbentuknya asam amino. Asam amino inilah yang pada gilirannya membentuk protein. Protein yang membentuk sel. Dan kemudian makhluk hidup bersel satu pertama yang ada didunia ini hidup, dan dalam sekian juta tahun berevolusi.

Makhluk bersel satu ini tinggal di laut dan kemudian berevolusi menjadi bintang yang tidak bertulang belakang. Berevolusi lagi menjadi ikan. Ikan perlahan-lahan mencoba untuk meninggalkan lautan menuju darat, akhirnya berevolusi menjadi reptil. Evolusi reptil bercabang dua, pertama menjadi unggas (aves) dan binatang menyusui (mamalia). Terus menerus demikian sehingga evolusi terakhir adalah manusia.

Di sini kita menggabungkan dua teori raksasa, yakni teori Big Bang dan evolusi. Nah kemudian, jika kita melihat segala sesuatunya, maka kita akan melihat energi. Mulai dari kita makanan, minuman, benda angkasa sampai lapis terdalam bumi, semua adalah energi. Einstein merumuskan energi sebagai berikut : E = m . c2 dimana E = Energi, m = massa/materi dan c2 = percepatan cahaya kuadrat. Atau m = E / c2. Artinya, energi tidak lain adalah materi yang dipercepat dan materi adalah energi yang diperlambat.

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi dapat berubah bentuk ke bentuk lain. Artinya energi kekal adanya. Sedang dalam Al Qur’an surat 2:115 dinyatakan bahwa ”…kemana kau hadapkan wajahmu, disitulah wajah Allah”. Padahal jika kita menghadap kemanapun yang ada adalah energi. Jadi energi (dalam perspektif sains) sama dengan Tuhan, baik dalam kekekalan, kekuasaan dan lain sebagainya.

Sanggahan Terhadap Teori Kemunculan Agama
  • Teori Alienasi
Feurbach melanjutkan analisisnya bahwa pertama-tama tuhan dalam manusia primitif berbentuk abstrak. Dalam agama yahudi, tuhan mulai dilekatkan dengan sifat kemanusiaan. Pada tuhan agama kristen, tuhan ”bahkan” menampakkan dirinya sebagai manusia material. Dari sini Feurbach berpendapat bahwa manusia semakin dekat dengan ”kemanusiaannya” dengan semakin berkurangnya keterasingan tersebut. Artinya, semakin memanusianya tuhan (sepanjang sejarah ketuhanan) adalah parameter semakin memanusianya manusia. Padahal, dalam analisisnya, Feurbach melupakan Islam. Jika teori Feurbach benar, setelah membahas kepercayaan primitif lalu yahudi dan kristen maka pasti Tuhan dalam Islam lebih manusia dibanding lainnya. Padahal kenyataannya sangat jauh berbeda. Feurbach juga lupa membahas Hindu-Budha serta ratusan agama lain dimuka bumi. Seakan-akan agama cuma kepercayaan primitif, yahudi dan kristen. Otomatis, Feurbach terjebak kesalahan berpikir ”Fallacy of Dramatic Instance”.

Feurbach kemudian meramal bahwa jika pengetahuan manusia semakin berkembang maka manusia akan semakin meninggalkan tuhan. Padahal, gejala kebertuhanan (dengan segala bentuk)adalah fitrah bagi manusia normal. Dewasa ini, perkembangan sains justru mendengar berbagai bentuk kepercayaan. Padahal dengan tesis Feurbach, seharusnya agama dinegara maju telah musnah, minimal langka, tetapi kita tidak menemukan hal tersebut.

Pengakuan Feurbach tentang adanya eksistensi luhur yang inheren dalam diri manusia, dalam agama disebut fitrah, justru menjustifikasi kebenaran agama. Jauh sebelum Feurbach mengeluarkan teori ini, konsep kebaikan telah tersusun dalam agama.

Feurbach langsung pada pembahasan keterasingan diri, tanpa menjelaskan apa ”diri” itu. Dalam artian, Feurbach tidak membahas secara detail tentang manusia, ego dan eksistensi kemanusiaan kita.
  • Teori Ketidaktahuan
Dari pandangan Comte, fase-fase sejarah yang dilalui manusia seiring dengan berkembangnya pengetahuannya. Maka, sedikit demi sedikit penyebab dari fenomena-fenomena alam semakin jelas. Maka jumlah tuhan semakin sedikit, atau mengalami penyederhanaan. Kemudian dilanjutkan, suatu saat tuhan akan hilang dari manusia jika manusia telah menguasai alam.
  • Teori Kelemahan dan Ketakutan
Dari perspektif ini agama adalah produk kelemahan, ketertindasan dan ketakutan. Argumen mereka dengan menunjukkan pembawa ajaran dari kelas bawah dan ajaran yang isinya ketakutan.

Tetapi bagaimana dengan Nabi Sulaiman dan Nabi Daud yang dalam barat dikenal sebagai King Solomon dan David. Mereka justru memiliki kekuatan yang sangat besar. Memang sekilas jika kita melihat ajaran kristen sebagai representasi agama bagi kaum materialis, terkesan mengajarkan kelemahan. Namun bukankah dibeberapa agama lain selain diajarkan dimensi kelembutan juga diajarkan dimensi keperkasaan.
  • Teori Marxisme
Jika teori marxisme ini benar, tentu tidak ada Nabi atau penganjur agama yang berlatar kelas bawah. Memang pada satu sisi, agama melalui kaum agamawan telah melegitimasi penindasan, tetapi tidak berarti agama mengajarkan seperti itu. Sama saja kalau kita banyak kaum marxian yang membantai manusia, apakah marxisme salah, mereka akan menjawab, bukan marxisme yang salah tetapi orangnya.

Artinya kita tidak dapat melekatkan kesalahan pengkut pada ajaran yang diikuti. Tetapi kita perlu membuktikan secara ilmiah konsepsi yang dikandung oleh ajaran tersebut.

Marx berpendapat bahwa kaum agamawan tidak dapat melakukan revolusi, sekiranya Mr. Marx masih hidup pada tahun 1979, maka ia pasti merevisi teorinya karena justru kaum ulama yang menjadi penggerak revolusi menentang tirani. Bahkan juga saat ini muncul teologi pembebasan yang berbasis banyak agama. Ada TP Islam, Kristen, Budha dan seterusnya. Inti konsepnya adalah dengan spirit keagamaan mereka menentang ketidakadilan dan penindasan. Artinya apa, sekali lagi Marx perlu merevisi teorinya yang usang.
Sanggahan Terhadap Sains Modern

Teori Big Bang memiliki beberapa kelemahan. Pertama, dari mana datangnya bola energi raksasa. Bukankah energi adalah massa yang dipercepat, sedang percepatan berkaitan dengan waktu dan dimensi, mengapa justru dikatakan pada saat itu waktu (t) = 0? Kedua, masih berkaitan dengan percepatan, apakah ia mempercepat diri atau justru dipercepat oleh yang lain. Jika mempercepat diri, bagaimana bisa sedang tidak ada variabel yang lain? Teori berangkat dari konsep kebetulan. Terjadinya alam semesta secara kebetulan adalah kemustahilan. Mengapa, dalam akal kita menyatakan setiap sebab pasti memiliki akibat.

Teori tentang petir yang bereaksi dengan atmosfer bumi purba yang diteliti oleh ilmuwan Rusia, Alexander Opharin ternyata tidak valid dan diakui sendiri oleh opharin. Anggapan tentang susunan kimiawi atmosfer bumi purba yang dicobakan dilaboratorium ternyata tidak sama. Artinya, opharin telah merekayasa sebuah susunan kimiawi yang dianggap sebagai sampel atmosfer bumi purba.

Tentang teori evolusi Darwin, teori ini dibangun dari prinsip kebetulan. Dari sini kemudian terbentuk spesies secara kebetulan melalui seleksi alam. Asumsi yang dibangun adalah makhluk hidup telah berevolusi dari struktur yang paling sederhana menjadi sangat kompleks selama jutaan tahun. Melihat kondisi saat dicetuskan teori ini maka kita dapat mengatakan wajar. Di zaman itu di eropa masih banyak tukang sihir. Selain itu alat yang digunakan untuk meneliti masih sederhana.

Dari perspektif mikrobiologi, Darwin tidak dapat menjelaskan tentang kompleksitas sel makhluk hidup pada zaman dahulu. Jika teorinya benar, bagaimana susunan kromosom dan kode genetik terjadi, pada susunan ini sangat kompleks dan telah ada sejak zaman purba.

Dari paleontologi (ilmu tentang fosil) kita dapatkan bahwa pada lapisan tanah tertentu kita dapatkan bukan satu spesies tapi satu komunitas secara tiba-tiba, sedang dilapis lebih dibawahnya tidak ada tanda kehidupan. Dari mana komunitas makhluk hidup itu, jika berevolusi, dari makhluk apa? Ini yang tidak pernah di jawab. Selain itujuga dibuktikan bahwa fosil yang di anggap sebagai missing link antara ikan dan reptil (coelantarath), antar reptil dan buung (hoatsin) yang menjadi persoalan bagi Drwin sendiri dalam bukunya, ternyata mahluk itu hingga saat ini masih ada. Jika ternyta teorinya benar, seharusnya mahluk itu telah berevolusi seluruhnya.

Melihat dari sudut lain, jika manusia adalah hasil evolusi kera, mengapa hari ini masih ada kera, tidakkah seharusnya mereka semua berevolusi. Jika tidak berevolusi artinya tidak mampu menghadapi seleksi alam dan seharusnya punah. Pertanyaan sederhana ini tidak dapat dijawab eleh kaum evolusionis.

Masih banyak kekurangan teori ini, namun jika kita gunakan sosiologi pengetahuan maka kita ketahui bahwa dibalik teks terdapat pertautan kepentingan. Teks teori evolusi yang telah gugur tetap diajarkan di sekolah-sekolah diseluruh dunia ternyata memiliki kepentingan rasialis. Dengan teori evolusi, sekelompok orang ingin menegaskan bahwa dirinya adalah evolusi tertinggi kemanusiaan yang manusia (setengah manusia) jika ingin menyempurnakan hendaklah mengikuti perilaku dari kelompok yang lebih maju. Tepri evolusi lebih kental nuansa rasialisnya daripada keilmiahanya, tetapi ditutupi agar terkesan ilmiah.

Mengenai energi, kita sependapat bahwa dalam hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan (oleh manusia tentunya). Energi dapat berubah dari satu bentuk kebentuk lain. Artinya energi kekal, dan semuanya adakah energi. Pandangan ini benar jika kita melihat bahwa semuanya materi dan tiak ada dibalik materi.

Jika energi kekal, apakah serta merta menjadikan energi = Tuhan? Belum tentu. Energi bukan Tuhan karena energi tersusun dari materi / massa dan percepatan cahaya. Logikanya, sesuatu yang tersusun pasti ada yang menyusun. Jika dikatakan dirinya yang menyusun diri sendiri, maka hal ini tidak logis. Bukankahg disaat belum menyusun, dirinya belum ada. Jika belum ada, bisakah menyusun dirinya? Jalau dikatakan energi kekal tidak tidak terikat waktu, maka kita katakan rantai sebab akibat di sini bukan dalam waktu tetapi dalam tertib penciptaan.

Energi pada dasarnya adalah kekuatan (arab = quwwah). Dlam kitab dijelaskan dengan diktum ”laa huala walaa quwwata illa billah”. Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah. Energi adalah kekuatan ilahi. Dia kekal tapi bukan Tuhan, karena Tuhan kekal dan tidak pernah kehilangan kekuatan. Karena energi adalah massa/materi yang dipercepat, maka tentu pemilikNyalah yang mempercepat.

Sanggahan Tentang Kontradiksi Kitab

Memang dalam berbagai kitab ditemukan banyak kontradiksi. Untuk bahasan ini kita nanya membahas tentang Islam dengan Al Quran dan Hdis. Ayat-ayat dalam Al Quran tidak ada yang kontradiksi, namun pemahaman kita yang kontradiksi. Tentang surah 33 : 21tidak bertentangan dengan 80 : 1, alasannya sebagai berikut.

Dalam surah 80 : 1 dikatakan ” Dia (Muhammad ) bermuka masam. Ayat yang diturunkan untuk Muhammad biasanya imulai dengan ”Qul” atau katakanlah. Atau bisa juga Yaa Nabiy serta Ya Rasul. Sedang kata Abasa menunjuk pada orang ketiga tunggal. Artinya ayat tidak mengacu pada Muhammad. Jika betul Muhammad yang bermuka masa pada orang miskin, maka hal itu bertentangan dengan sikapnya dan hal ini tentu menggugurkan kenabiannya. Tetapi jika Nabi yang bermuka masam pada orang Quraisy, tidak menggugurkan kenabiannya. Mustahil Nabi berbuat salah karena dalam 33 : 21, Allah SWT sendiri yang memuji kemuliaan Nabi.

Pada hadist, ada beberapa kategori yakni , shahih (Valid), dimana diakui keakuratannya. Kedua Hasan, yakni tingkat validitasnya lebih kecil namun maknanya dianggap shahih. Artinya Cuma persoalan teks saja, bukan konteks. Ketiga Mutawatir, diriwayatkan banyak orang, artinya mustahil orang-orang pada zaman dahulu sama-sama berbohong. Dan selanjutnya hadist palsu.

Tentang hadist yang diangkat sebelunya, para ulama masih berdebat tentang kesasisannya. Dan memang hadist masih perlu dikaji dan dikritik. Hal ini tidak berarti Islam yang salah, tetapi pelaku sejarah da masalalu yang entah ketidaktahuan atau relasi kekuasaan bahkan memang niat buruknya sehingga umat sekarang kesulitan dalam mencari teks hadist sejati.

Sedikit Tentang Pembuktian Tuhan dan Sifatnya
  • Argumen Keteraturan
Konsep yang tegabung dari argumen ini adalah adanya keteraturan pada makrokosmos dan mikrikosmos. Kita lihat bahwa alam semesta ini berjalan sesuai dengan garisnya masing-masing. Terjadinya malam dan siang sehingga terjadi dinamka kehidupan. Pada mahluk hidup terdapat ekosistem dan regenerasi sehingga mencgah dari kepunahan.

Pada sel kita da yang berfungsi sebagai inti sel yang di dalamnya terdapat kromosom yang menyimpan kode genetik pada alel. Ada mekanisme khusus yang berlaku pada sel sehingga terjai proses respirasi dan ekskresi, berikut alat penggerak. Organ-organ tubuh kita bekerja harmonis. Jantung dengan kecepatan tertentu memompa darah yang mengandung oksigen dan zat makanan untuk disebar eselurh tubuh . paru-paru memompa udara menyerap oksigen yang direaksikan yang direaksikan dengan hemoglobin (Hg) darah untuk disebar. Hasil pembakaran karbohidrat pada otot menghasilkan karbon monoksida yang dibuang melalui pernafasan.

Untuk fungsi makanan, gigi mengunyah makanan berbentuk hampir seperti bubur setelah tercmpur dengan ludah. Setelah itu, degan gerak yang sama bergerak menuju usus kecil . makanan tersebut dengan gerak yang sama bergerak menuju usus kecil untuk diserap sari-sari makanannya dan sisanya dibuang melalui sistem eskresi.

Jika kita melihat alam ini, maka kita kan melihat keteraturan. Keculi jika ada kerudakan yang dibuat oleh manusia. Akal kita akan mengatakan mustahil ini terjadi secara kebetulan. Sesutu yang sangt kompleks pastilah dirancang dengan sangat sempurna, seperti alam ini. Komputer misalnya, kompleksitas bangunan elektronik yang ada mustahil terjadi dengan kebetulan, pasti dirancang, disusun dengan teliti dan sempurna sehingga dapat berjalan normal.

Jadi kebetulan pada filsafat itu ketiadaan. Mustahil sesuatu terjadi tanpa ada penyebab. Tetapi pada sosioligis kebetulan adalah terjadinya sesuatu yang tanpa direncanakan. Jadi kita perlu membedakan dua pengertian kebetulan ini.
  • Argumen Matematis
Membincang bilangan, kita kenal deret hitung misalnya bilangan cacah dari 0,1,2,3,…,Xn+1 . 0 adalah ketiadaan. 0 hanyalah simbol ketiadaan, sedangkan ketiadaan tidak perlu diperdebatkan lagi, apakah ada atau tidak. 3 berasal dari 2 + 1. 2 berasal dari 1 + 1. dan x berasal dari yang lain. Karena, 1 bersifat hakiki.

Dalam pembagian kita ketahui bahwa jika sesuatu dibagi dengan dirinya maka akan mendaptkan 1. misalnya 6/6 = 1 8/8 = 1. artinya secara filosofis, sesuatu ketika mengenal dirinya, maka ia akan mengenal yang tunggal.

Tuhan adalah zat yang tunggal, namun Dia bukan bilangan. Kemajemukan alam ini berasal dari ketunggalan. Ketunggalanlah yang memiliki semua, karena jika bukan yang tunggal, semesta yang sangat mejemuk mustahil mengada. Ketunggalan adalah pemilik dari segala pemilik.
  • Argumen Ada
Manusia ketika mempersepsi di luar dirinya maka dia akan menangkap dua hal, yakni keberadaan, atau adanya sesuatu (eksitensi) dan kebagaimanaan sesuatu (esensi). Membahas tentang eksistensi maka dalam diri kita memunculkan tiga kemungkinan, pertama pasti adanya, kedua, mungkin dan ketiga mustahil. Jika digambarkan sebagai berikut:

Wajib Wujud        Diri Sendiri

Mungkin              Karena Yang Lain

Musathil

Berangkat dari sini kita ketahui bahwa sesungguhnya yang mustahil secara hakiki tidak ada, naumn Cuma dalam pahaman saja. Mungkin wujud adalah sesuatu yang memiliki potensi untuk mengada. Untuk mengaktual, butuh peng ”ada” yakni ada yang lain dan ”ada” karena diri sendiri. Untuk sementara seperti itu.

Prinsip kausalitas menyatakan bahwa setiap sebab memiliki akibat. Jika dikatakan alam disebabkan oleh ”a”, kemudian kita katakan ”a” adalah akibat dari ”b” dan ”b” sebagai sebab untuk ”a”. Artinya alam dicipta ”a”. ”a” dicipta ”b”, dan seterusnya. Muncul pertanyaan apakah rantai kausalitas ini terus menerus sampai tidak terhingga, maka konsikuwensinya adalah tidak jelas. Bukankanh titik tidak terhingga itu tidak jelas. Sedang kita tahu bahwa alam ini jelas adanya. Muncul pertanyaan bisakah yang tidak jelas memberi kejelasan, jawabannya mustashil. Sesuatu yang tidak punya memberi.

Otomatis jawab kita akan mengatakan rantai kausalitas akan berhenti pada satu titik dimana Dia tidak disebabkan lagi. Dalam pemikiran Aristoteles ini yang disebut Prima Causa, atau penyebab yang tidak tersebabkan. Begitupun gerak kausalitas itu juga akan berhenti pada satu titik yakni Finalis Causa, tujuan akhir. Dalam kita kenal ”Inna lillahi wa inna ilayhi rajiun”.

Kembali pada persoalan eksistensi dan esensi, jika kita tanya keapaan sesuatu, maka jawabnya majemuk. Mengapa, karena esensi yang berkaitan dengan substansi dan aksiden, masing-masing berdiri sendiri antara esensi yang satu dengan yang lain. Akan tetapi jika kita menanyakan eksistensi, maka jawabnya tunggal. Keberadaan diri kita dengan keberadaan alam semesta saja. Memang kita harus belajar membedakan keberadaan dan kebagaimanaan sesuatu.

”Ada” berdasar prinsip non kontradiksi, hanya sama dengan ada sendiri. Ada itu tunggal. Tiada yang namanya pra dan pasca ada, yang berarti ada itu kekal, tidak berawal tidak berakhir. Esesnsi mustahil mewujud tanpa wujud itu sendiri. Berarti Ada adalah penyebab dari segala penyebab dan tujuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa ”Ada” itu meliputi segala sesuatu. Karena ketiadaan itu tidak ada, dan yang ada adalah kepunyaan yang ”Ada”, maka ”Ada” itu maha kaya.

”Ada” di samping Tunggal juga tidak tersusun, mengapa, jika tersusun logikanya ada yang menysun. Artinya, akibat. Dan kita tahu akibat selalu lemah dibanding sebabnya. Ini mengindikasikan bahwa ”Ada” itu memiliki kekuatan.

Jika ditanya, apakah ”ada” itu terbatas atau tidak. Apabila ternyata terbatas, maka kemungkinan dua hal. Ada sendiri yang membatasi dan ketiadaan. Jika ada sendiri yang membatasi, apakah sama. Sementara kita dapatkan sebelumny bahwa ada itu tunggal. Artinya tidak ada, ada yang lain. Bisakah kemudiaan dirinya sendiri membatasi dirinya. Hal ini mustahil. Jika kemudiaan dikatakan yang membatasi ada adalah keiadaan. Jawabnya, bisakah yang tidak ada membatasi. Jawabnya mustahil. Oleh karena itu, ada tidak terbatas.

Kesimpulan Sementara

Ada (bahasa filsafat) itu sama saja dengan Tuhan (bahasa agama) dan lainnya dengan syarat Tunggal, tidak terbagi, tidak berangkap, kekal, tidak berawal, tidak berakhir, sebab dari segala sesuatu, meliputi, kaya, memberi, tidak terbatas, tidak tersusun.

Konsepsi ketuhanan seperti ini, tanpa kekal agama pun kita bisa mendapatkan. Namun dalam hal bentuk terimakasih kepada Nya, kita membutuhkan orang suci untuk membimbing kita. Disinilah keniscayaan adamya Nabi bagi kita sehingga tidak terhenti sebatas konsepsi ketuhanan, tapi berikut ritual sampai segala aktivitas keseharian kita hingga akhir hayat.

Nabi dan Perubahan Sosial

Nabi dalam bahas teologis adlah orang yang diberi wahyu. Tetapi tanpa menyalahkan definisi ini, tapi memberi pandangan lain, aspek sosiologis justru mendefinisiksan nabi sebagai faktor penentu perubahan sosial terhadap struktur yang menindas. Meski pad beberapa hal terjadi perbedaan, namun memiliki titik singgung yang kuat pada aspek perlawanan kepada penindas.

Kedatangan Nabi dimulai dari kondisi chaotic dimana ketimpangan sangat merajalela. Keadilan dan keamanusiaan diganti dengan kezalilman dan eksploitasi. Disinilah nabi datang mengajrkan konsepsi ketuhanan dan konsepsi kemanusiaan. Nabi mengajarkan tentang pengenalan diri (kenal diri = kenal tuhan) agar secara psikologis tidak terjadi keterasingan seperti dalam pandangan Fuerbach. Disamping sebagai guru, Nabi juga berperang sebagai pahlawan yang memimpin perlawanan melawan kezaliman dengan memperhatikan kondisi dan kemampuannya. Untuk lengkapnya silakan lihat mater Esensi Ajaran Islam.

Wallahu A’lam.

0 Response to "[Dasar-Dasar Kepercayaan] Materi Basic Training (LK 1) Himpunan Mahasiswa Islam"

Post a Comment

Silakan tinggalkan komentar anda. Kritik atau saran sangat saya harapkan untuk menjadikan lebih baik ke depannya. Komentar akan dimoderasi sebagai filter terhadap komentar-komentar yang tidak sesuai. Tabik!

Iklan Atas Artikel (WM2)

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel